Kriminolog Sebut Pelecehan Putri Candrawathi Tak Jelas, Ferdy Sambo Protes

KILAS.CO - Sidang pembunuhan berencana yang menewaskan Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat kembali dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Muhammad Mustofa, ahli kriminologi dari Universitas Indonesia (UI) didatangkan sebagai saksi ahli.

Mustofa menyampaikan pandangannya di depan majelis hakim terkait motif pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat yang dilakukan oleh Ferdy Sambo.

Mustofa berpendapat pengakuan Putri Candrawathi sebagai korban pelecehan seksual tidak jelas dan tak ada bukti. Kalaupun ada, sangat minim.

Baca Juga: Begini Resep Tumis Kacang Panjang With Tempe Dan Baso yang Mudah Dibuat dan Pastinya Enak untuk Disantap

Baca Juga: Begini Resep Tempe Bawang Cabe Garam yang Mudah Dibuat dan Pastinya Lezat Dimakan Kapanpun

Hal tersebut membuat pengakuan Putri mengenai pelecehan seksual yang dialaminya tidak bisa dijadikan motif pembunuhan.

Pandangan Mustofa tersebut dilontarkan setelah Jaksa Penuntut Umum memintanya untuk menjelaskan motif dari beberapa kemungkinan, seperti kehormatan, persaingan, percintaan, bisnis, atau balas dendam.

Mustofa berkata bahwa pelecehan seksual dapat menjadi motif pembunuhan selama dilengkapi dengan bukti nyata, bukan sekadar pengakuan.

Setelah itu, Jaksa Penuntut Umum menanyakan soal jarak waktu antara pelecehan yang dialami Putri dengan pembunuhan Brigadir J.

"Dari waktu juga barangkali terlalu jauh. Karena yang menarik, bagi seorang perwira tinggi polisi, dia tahu kalau peristiwa perkosaan itu membutuhkan bukti dan saksi. Satu alat bukti tidak cukup dan harus ada visum yang diperoleh, tapi tindakan itu tidak dilakukan," ujar Mustofa.

Baca Juga: Fenomena Solstis 22 Desember 2022 Akhir Keberlangsungan Hidup Manusia, Mitos atau Fakta?

Kemudian, Jaksa Penuntut Umum memperjelas lagi pandangan Mustofa dengan bertanya kembali, “Jadi artinya kalau tidak ada alat bukti, berarti nggak bisa menjadi motif. Begitu?"

Mustofa pun menjawab dengan tegas, "Yang jelas adalah ada kemarahan yang dialami oleh pelaku, yang berhubungan dengan peristiwa Magelang, tapi tidak jelas.”